Halaman

06 April 2008

Jangan dibaca, ga seru!

Sahabat, kalau kita saat ini sedang bete alias ga mood alias malas ngapa-ngapain, terus gimana ngadepinnya ya? Yang jelas sih semuanya perlu kejelasan. Kejelasan akan apa yang kita mesti hadapi dan selesaikan.

Ketika kita malas ngeblog, kayak seperti aku sekarang ini, tapi aku tetap berharap dalam kemalasan dan keenggananku ini aku masih punya setidaknya sedikit inspirasi untuk dituliskan, dipublikasikan, diposting, dan seterusnya deh yang membuat kepalaku tidak terlalu penat, dijejali dengan pikiran-pikiran kacau balau, semrawut, kagak jelas kemana arah tujuannya.

Seperti halnya kamu mungkin saat ini, tetapi rasanya tidak. Kau membaca postingan ini, sengaja atau tidak, senang atau tidak, yang jelas aku bingung mau bilang apa, mau nulis apa lagi ya?

Ketika ada satu kejadian di hadapan mata kita, maka secara otomatis pikiran kita pun akan lebih terkonsenterasi terhadap kejadian yang ada di hadapan kita tersebut. Apakah itu ketika ada kejadian yang heboh, atau pun kejadian yang biasa-biasa saja. Mudah-mudahan kau tak bingung membaca tulisanku ini. Karena aku nulis dalam keadaan tidak mood. Ah ... dari pada ngebahas mood-ga mood mendingan kita berpikir untuk kehidupan kita kedepan ataupun hanya untuk saat ini.

Apa rencana kita nanti, setelah kita berkeluarga, kalau sudah, bagaimana rencana kita terhadap kehidupan anak-anak kita yang nanti tentunya akan menerusnya perjuangan kita walaupun dalam jalur, jalan yang berbeda ataupun sama denga kita karena dia mengidolakan kita sebagai orang tuanya.

26 March 2008

Dengan Karya Prestatif

Oleh : Amri Knowledge Entrepreneur

Hidup ini, tidak cukup dengan hanya dalil dalam berdakwah, namun perlu karya nyata yang membagakan bagi ummat.

Kita sangat penting mengatakan kebersihan sebagaian dari pada iman, namun membersihkan kamar, halaman, pakaian dan lain sebagainya juga sangat penting sebagai bukti karya nyata prestatif.

Kita sangat penting mengatakan tuntutlah ilmu sampai negeri Cina, namun segera memburu aneka keilmuan, agar kita segera mempunyai beberapa alternatif keilmuan sehingga mempermudah menghadapi persoalan hidup lebih produktif juga sangat penting sebagai bukti bersahabat dengan aneka permasalahan hidup dengan karya nyata prestatif.

Kita sangat penting mengetahui bahwa bukan termasuk orang beriman kalau dirinya kenyang sedangkan tetangganya kelaparan. Kita juga sangat penting mengetahui tentang perbanyak kuah kalau engkau membuat sayur. Kita juga sangat penting mengetahui anjuran untuk sering memberi walaupun sekedar kikil kambing. Namun, segera menyisihkan dana untuk tetangga yang memang memerlukan atau memberi oleh-oleh ke tetangga ketika kita pulang dari bepergian juga sangat penting sebagai bukti karya nyata prestatif.

Kita sangat penting mengetahui peta perjalanan menuju Jakarta dan juga peta kota Jakarta, sebab itu adalah pengetahuan bagi kehidupan kita. Namun, segera pergi ke Jakarta dengan segala resiko salah jalan, macet, mobil bocor dan lain sebagainya juga sangat penting sebagai bukti karya nyata prestatif.

Sahabat yang budiman,

Banyak ilmu, merupakan keharusan, namun banyak karya nyata setelah kita mempunyai ilmu, juga merupakan keharusan hidup sebagai karya nyata prestatif.

Go … go……go……. Dengan segala kekurangan kita, mari memperbanyak karya nyata prestatif.

Berani hadapi karya nyata prestatif !!! Bagaimana pendapat sahabat ???

adaftasi dari cybermq

20 March 2008

Child Maker

Cobalah lihat di sekitar kita, apakah banyak ibu-ibu muda yang baru berumur 17-21 tahun? Kalaupun tidak banyak, pastilah ada dan lebih dari satu orang. Ya, mereka adalah ibu-ibu yang 'tumbuh' karena paradigma pemikiran dan pola pergaulan yang kurang 'terdidik' -terarahkan.

Bayangkan saja, seusia mereka sudah mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu mendidik generasi-generasi baru yang nantinya akan memegang tampuk -kendali bangsa.

Padahal, banyak diantara mereka yang menguasai dan menjaga dirinya saja tidak sanggup. Mereka berumah tangga lantaran dorongan yang sebenarnya tidak bisa dipertanggung-jawabkan.

Karena hawa nafsu, dorongan ekonomi, suruhan orang tua karena anaknya terlalu nakal dalam bergaul, karena 'kecelakaan', karena takut kekasihnya direbut orang lain, dll.

Semua itu nantinya tentu akan berdampak pada psikologis -kejiwaannya. Bahkan, kecenderungan bubarnya pernikahan akan lebih besar peluangnya. Pada usia itu dominasi emosional lebih kentara dan memengaruhi jiwa serta pemikiran.

Akan tetapi, lain halnya dengan anak perempuan yang memang sudah siap secara keilmuan dan kedewasaan berpikir. Meskipun masih relatif muda ia akan mampu menjalani amanah yang ia emban. Tetapi tetap, bimbingan dan arahan dari orang yang berpengalaman terutama orang tua atau keluarga sangat penting.

Perkara ini tidak melulu ada pada kaum hawa, tetapi pun terjadi pada kaum adam. Hanya frekuensinya berbeda