Halaman

29 November 2007

Semoga Dikabulkan

Anda pernah berpikir mengapa harapan Anda belum terwujud?
Doa-doa pada setiap malam yang aku haturkan belum terijabah, apa gerangan yang membuat demikian?
Kita sebagai individu yang penuh dengan kekurangan tidak akan mampu menghadapi berbagai persoalan hidup tanpa pertolongan dari Allah. Untuk mendapatkan pertolongan Allah ini kita harus berdoa. Namun, tak selamanya doa itu manjur, karena adanya hijab yang membuat doa kita terhalang. Salah satunya adalah dosa kita. Untuk itu kita memerlukan bantuan dalam menggapai pertolongan Allah tersebut.
Seorang ustadz pada pengajian pagi di sebuah radio bertutur tentang seorang ibu yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dikaruniai anak oleh Allah subhanahu wata’ala. Berbagai upaya telah dilakukan tetapi toh tanda-tanda akan mempunyai anak belum muncul. Akhirnya dia bertemu dengan seorang kyai di Bandung dan dia pun meminta sebuah doa dari kyai itu, dan kyai itu memberi sebuah doa. Selain memberikan sebuah doa untuk diamalkan, kyai tersebut pun memberikan sebuah pesan kepada si ibu tadi untuk mencatat siapa-siapa saja temannya yang juga menginginkan kehadiran seorang anak. Kemudian, si ibu menulis. Ada beberapa nama yang ia tulis dan ia serahkan kepada kyai itu. Lalu kyai itu berkata, “itu bukan untukku, tetapi untukmu, kamu doakan mereka agar mereka diberi apa yang mereka harapkan”.
Terselang beberapa bulan, si ibu tadi memeriksakan dirinya ke dokter dan alhasil ternyata dia dinyatakan positif hamil.
Lalu apa yang mesti kita perhatikan dari kisah tersebut di atas?
Yang mesti kita perhatikan dari kisah tersebut adalah bahwasanya apabila kita menginginkan doa kita dikabulkan oleh Allah azza wajalla, maka kita harus mendoakan orang lain. Mengapa demikian? Karena dengan kita mendoakan orang lain maka kita akan didoakan oleh para malaikat. Dengan demikian, kita akan terbantukan oleh doa makhluk Allah yang selalu taat itu.
Jangan lupa, jaga keikhlasan doa kita dengan merahasiakan bahwa kita telah mendoakannya.

Hariku-Ilmuku

Orang yang dalam satu hari yang dilewatinya tanpa memperoleh ilmu maka ia telah melewatkan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Dan, kita jarang sekali merisaukan keadaan ini. Yang kita risaukan adalah ketika pada suatu hari kita tidak bisa mendapatkan untuk makan.

Ingat, kata rasulullah!

Orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka ia adalah orang yang “beruntung”, orang yang hari ini sama dengan kemarin maka ia merugi, dan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin maka ia celaka.

Sudah semestinya setiap hari kita mendapatkan ilmu baru, apapun itu. Ilmu tak harus didapat dengan membaca, tetapi juga bisa dengan mendengar orang lain yang berbicara, melihat fenomena di sekitar kita, atau berpikir dalam kegiatan kita siapa tahu ada inspirasi yang bisa menambah wawasan kita dari kerjaan yang kita lakukan. Semoga sukses!

Guruku Teladanku, Kebanggaanku

Jakarta, 18 November 2007

Apa yang aku dapatkan hari ini?

Berencana hanya untuk menemui seorang yang ingin anaknya di-les olehku ternyata pada obrolan itu menyentuh cukup jauh dan menjadi perbincangan hangat. Apa yang aku obrolkan? Ya, seputar pendidikan terutama masalah guru.

Kita semua tahu guru adalah orang lain yang paling berjasa dalam hidup kita. Ia membimbing kita tata cara menjalani hidup dimulai dengan membuka pola pikir kita, agar kita menjadi manusia yang “melek”. Dia membimbing agar kita mampu menyelesaikan persoalan hidup dengan sampel soal-soal latihan maupun ujian yang ia berikan. Ia selalu memerhatikan kita dengan mengabsen pada setiap pertemuan, dan seterusnya, dan seterusnya.

Di pandangan kita guru adalah teladan, panutan, tempat bermuaranya kebaikan karena ilmu yang ia berikan. Dan itu merupakan hal yang seyogyanya ada pada mereka. Begitu banyak dari mereka yang siang malang hanya memikirkan bagaimana anak didiknya bisa menjadi manusia seutuhnya.

Ketika di sekolah ada siswa yang nakal, ia bimbing agar menjadi baik. Ketika ada murid yang tidak mampu membayar uang sekolah maka sang guru tersebut melakukan berbagai upaya agar anak tersebut bisa tetap sekolah. Dengan membantu secara langsung, mengajukan ke pihak sekolah agar siswa tersebut dibebaskan dari biaya yang memberatkannya, atau dengan mengajukan ke pemerintah yang memiliki otoritas di bidangnya, dan sebagainya dan sebagainya. Asalkan anak didiknya dapat tetap bersekolah.

Sebegitu besarnya pengorbanan guru kadang tidak ada bekasnya di para murid yang pergi ditelan waktu. Mereka seolah tak pernah peduli akan jasa guru-guru yang mulia tersebut. Celakanya, masih ada saja yang mendurhakai para guru dengan tingkah polah mereka yang buruk di lingkungannya. Sungguh mengecewakan!

Seiring berjalannya waktu pergeseran dari kemuliaan kedudukan seorang guru pun akhirnya sedikit demi sedikit terkikis oleh para oknum guru yang secara mental tidak bermental seorang guru. Kasarnya, mereka tidak layak menjadi guru.

PAHLAWAN TANPA TANDA JASA kini mulai tersingkirkan dengan adanya oknum guru yang menjadikan sekolah sebagai ladang bisnis belaka. Dengan tidak memerhatikan fungsi utama seorang guru yaitu sebagai pendidik, teladan dan orang tua kedua, mereka berusaha mengeruk uang yang jumlahnya secuil bila dibandingkan kemuliaan pengabdian seorang guru yang tulus. Padahal mereka mendapat gaji (yang memang kecil) bila dibandingkan dengan jasanya, terutama mereka mendapat kemuliaan di mata Tuhan Yang Maha Melihat.

Lalu, ada yang menyengaja menjadi guru agar menjadi PNS, agar memiliki jam kerja yang relatif lebih sedikit dan seterusnya-dan seterusnya.

Fenomena tersebut tidaklah sepenuhnya salah, karena guru jua manusia yang memiliki keluarga, keinginan dan ambisi. Yang menjadi masalah adalah ketidak-berimbangan antara perannya sebagai guru dan ambisinya itu. Bolehlah ia menjadikan muridnya sebagai tambang emas (bila memang tidak ada cara lain), tetapi jangan sampai memberatkan. Karena tidak semua orang tua murid mampu untuk membayar uang sekolah apalagi tambahan-tambahannya.

Selanjutnya, tingkatkan kualitas mengajarnya. Agar para murid tidak merasa dibodohi dengan berbagai pengeluaran yang ternyata tidak dirasakan manfaatnya. Jangan sampai pada suatu saat murid yang kita ajar mungkin seorang menjadi seorang guru, kemudian mereka menerapkan hal-hal yang kurang baik, dan ternyata anak guru jualah yang menjadi korbannya. Hal ini tentu akan terus berputar bersama dengan roda kehidupan bila kita tidak segera mengantisipasinya.

Guru adalah orang yang selalu ada ketika kita merasa butuh seorang penyejuk, ketika orang tua kita kurang perhatian karena sibuknya, maka merekalah yang ada dan terus membimbing kita agar kita menjadi manusia seutuhnya. Semoga Allah senantiasa menjaga mereka. Amin.