Halaman

17 August 2007

PELATIHAN PARIPURNA

Kawan, pernahkah kita sadar hakikat Ramadhan yang Allah suguhkan kepada kita? Mungkin kita sudah dapat menemukan hakikat dari Ramadhan yang kita jalani, tapi sudahkah kita tahu dan sadar bahwa Ramadhan adalah bulan Pelatihan bagi umat-umat-Nya yang beriman, sekaligus mengharapkan peningkatan taqwa.

Ya, bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan yang Allah sediakan untuk kita. Ia melatih kesabaran kita, kedermawanan kita, ibadah kita, dan yang paling utama adalah pelatihan untuk qalbu kita.

Dengan pelatihan inilah diharapkan umat islam dapat lebih kokoh pertahanan imannya. Ia menjadi umat yang sempurna yaitu umat yang selalu gigih memperbaiki diri, bukan hanya menjauhi larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya semata sehingga orang cenderung bosan mendengar istlah ini.

Selain menambah dekat secara vertikal (hubungan dengan Allah), kita juga lebih dekat secara horisontal yaitu sesama manusia. Betapa tidak, pada bulan Ramadhan orang lebih banyak bersedekah. Ada yang menggunakan momentum bulan Ramadhan untuk membayar zakat-zakatnya, ada yang berusaha menyajikan makanan-makanan untuk berbuka, ada yang berusaha dengan memberikan sandang, pangan dan lain sebagainya yang semua itu ditujukan semata-mata mencari ridha Allah azza wajalla.

Hal lain yang tentu sudah sama-sama kita ketahui bahwa shaum itu dapat meningkatkan kualitas fisik kita. Dengan shaum berapa banyak orang yang sembuh dari penyakitnya, padahal ia telah lama melakukan pengobatan dengan berbagai alternatif. Tetapi dengan ber-shaum penyakitnya itu sembuh.

Kita pun tahu bahwa sepanjang tahun lambung kita bekerja terus menerus tanpa henti, padahal organ tubuh ini yak ubahnya seperti mesin yang tentu perlu perawatan. Kita mungkin telah merawatnya dengan cara memakan makanan yang sehat. Tapi perlu diingat bahwa tubuh ini hakikatnya milik Allah maka Ia lebih tahu bagaimana merawat atau menyervisnya. Dengan shaum inilah sebagai sarana perawatan bagi organ tubuh kita terutama pencernaan.

Ketika kita sedang tidak shaum sadarkah kita bahwa kerja organ tubuh itu terbagi dua yaitu satu untuk organ tubuh bagian atas dan satunya lagi untuk bagian bawah, sehingga aliran darah keotak kita akan lebih baik ketika kita shaum. Inilah moment yang sangat menjanjikan bagi orang yang gemar menuntut ilmu atau menggunakan otaknya. Dengan demikian otak kita akan lebih mudah menyerap ilmu. Insya Allah.

Memang terlalu banyak apabila keutamaan bulan Ramadhan ini dibahas. Disamping semua nilai plus yang telah diketahui tentu ada banyak lagi keutamaan-keutamaan yang belum diketahui dari Ramadhan ini.

Pelipatgandaan pahala yang Allah janjikan begitu menjadi acuan utama untuk beribadah di bulan Ramadhan. Kalau bulan yang lain bisa berkomentar pasti mereka akan merasa iri kepada bulan mulia ini.

Semoga kita tidak termasuk orang yang hanya berpuasa demi mendapatkan pahala-pahala dari Allah tetapi kita menjadi hamba yang beribadah semata-mata karena rasa cinta kita kepada-Nya sehingga kita benar-benar ikhlash-ridha dalam beramal dan semoga Allah pun memberikan keridhaan-Nya kepada kita. Amin.

MERDEKA-kan Diri dan Hati Kita



Tujuh belas Agustus tahun empat lima
itulah hari ke-merdeka-an kita
hari merdeka nusa dan bangsa
hari lahirnya bangsa Indonesia
mer…de…ka…

Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Cuplikan syair di atas merupakan pengingat kita bahwa bangsa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, 62 tahun silam. Lagu yang selalu menjadi penyemangat kita pada hari ulang tahun kemerdekaan ini.

Bangsa Indonesia memang sudah ada sejak jaman dahulu. Akan tetapi, karena penjajahan yang melanda negeri ini, seakan-akan begeri kita mati dan lahir kembali sebagai negara yang berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945.

Perjuangan merebut kemerdekaan bukanlah perjuangan yang mudah. Pengorbanan jiwa dan raga para pahlawan kita sebagai penopangnya. Tanpa pengorbanan ini kita tidak akan mungkin memperoleh kemerdekaan yang sekarang sering disalah-artikan ini.

Jika beberapa waktu setelah merdeka adalah waktu untuk mempertahankan kemerdekaan maka sekarang adalah waktu dimana kita mengisi kemerdekaan dengan membangun bangsa tercinta ini dengan sebaik-baiknya. Bukan malah pesta pora tidak karuan. Kita tentu saja boleh menikmati kemerdekaan ini, tapi harus sambil mengisinya dengan sesuatu yang membuat citra bangsa semakin baik. Setidaknya kita masih bisa menunjukkan bahwa kita masih memiliki rasa cinta dan semangat membara untuk membela negara ini.

Tentu saja rasa merdeka ini dapat diapresiasikan dengan berbeda. Perlombaan-perlombaan yang rutin kita temui pada Agustusan ini, pun merupakan apresiasi yang bernilai positif selama tidak menimbulkan tawuran demi memperebutkan hadiah. Tetapi kita tahu bahwa yang namanya peringatan hanya beberapa saat.
Pada dasarnya semangat kemerdekaan ini mesti kita hadirkan dalam keseharian kita sepanjang tahun. Namun bukan berarti harus secara seremonial, tetapi dengan bersemangat menuntut ilmu, mencari nafkah, semangat bergotong-royong dan lain sebagainya demi kehidupan yang lebih baik.

Karena tidak mungkin bangsa kita menjadi lebih baik apabila setiap individu tidak memiliki kualitas hidup yang baik. Selama kemiskinan, kebodohan, perpecahan, KKN, kesehatan yang buruk dan masalah lain menjadi hal yang lebih dominan di negeri ini, jangan harap kita memperoleh kemerdekaan yang hakiki.

Selanjutnya, kita pun tahu dan sering dibahas oleh para tokoh dan mungkin sering dibahas di sekolah-sekolah oleh guru atau dosennya bahwa bangsa kita ini masih terjajah. Terjajah bukan dari segi kedaulatan, tetapi terjajah dalam bidang lain seperti ekonomi dan budaya. Inilah ternyata yang perlu kegigihan dan keuletan dalam menuntaskannya. Dan sekali lagi semangat kemerdekaan sangat perlu dihadirkan.

Selain kolonialisme ekonomi dan budaya yang melanda negeri ini, ternyata masalah utama datang dari dalam negeri sendiri. Betapa banyak warga negara Indonesia yang sadar atau tidak telah melakukan tindakan penjajahan terhadap bangsanya.

Birokrat-birokrat kotor yang selalu memangkas kepentingan rakyat, oknum-oknum dari aparat yang sering menggunakan wewenangnya untuk meraup untung, para pengusaha yang dengan liciknya memperdayai rakyat jelata, rasa tidak aman karena banyaknya kriminalitas dan segudang contoh lain yang sering terjadi di sekitar kita.

Tapi semua itu dapat diatasi selama mayoritas berharap perubahan bangsa ini terjadi.

Namun tahukah kita bahwa ternyata diri kita sendiri saja terjajah. Terjajah oleh sifat konsumtif kita, kemalasan kita, hawa nafsu kita, egoisme, arogan, anarki, yang semua itu adalah pangkal dari kebobrokan bangsa. Pangkal dari kehancuran Indonesia.

Untuk itu kita boleh berharap menikmati kemerdekaan senikmat-nikmatnya tetapi jangan kita lupa merdekakan diri kita, merdekakan diri kita, dan merdekakan diri kita dari segala penjajahan penyakit jiwa dan raga kita. Maka negeri yang kita cintai ini insya Allah menjadi negeri yang dicintai Allah dan menjadi negeri merdeka yang hakiki.

Mari merdeka-kan jiwa dan raga kita!

Merdeka! Merdeka! Merdeka!