Halaman

26 April 2008

Mang-mang

Aku yang sedang mesantren 'menganggur, santai tapi keren' terus berikhtiar mencari tempat dimana aku dapat memberikan dedikasiku untuk seseorang, perusahaan ataupun lembaga, yang memang membutuhkan.

Ada beberapa tempat yang telah aku kirimi surat ketersediaanku untuk menjadi bagian dari keluarganya, baik lewat surat ataupun lewat email. Ada yang sudah memanggilku tetapi belum ada kelanjutan, adapula yang memang sepi.

Sambil menunggu kesepianku akan rutinitas yang memang aku harapkan, aku pun tetap terus mengaktualisasikan diri dengan berbagai cara. Sampai, beberapa hari yang lalu ada yang memanggilku untuk psikotes. Padahal sekarang ini aku sedang berusaha memasuki sebuah lembaga pendidikan formal; bukan untuk belajar, tetapi untuk bekerja.

Memang sulit, dikala sesuatu lagi tanggung-tanggungnya eh...ada yang membuat kebimbangan akhirnya, karena aku tidak mau diselimuti keraguan maka aku pun tidak memenuhi panggilan psikotes tersebut. Tapi bukan karena tidak mau, tapi karena aku sakit -seperti disengaja jadinya.

Tapi aku tetap yakin, walaupun yang dihadapanku itu belum tentu seratus persen ditangan. Semoga

25 April 2008

Nggak jadi ilmuwan, ane kabur!

Sebenarnya sudah beberapa minggu dari saat aku memenuhi panggilan ke BEJ. Ya yang namanya anak muda kayak aku pastilah dipenuhi dengan jiwa-jiwa penasaran.

Sesampainya di sana, walaupun belum waktunya, karena masih beberapa jam lagi dari waktu janjian akupun langsung naik ke lantai yang memang rencananya hendak dituju. Banyak rintangan yang tidak memilukan tetapi rasanya sungguh memalukan. Betapa tidak, aku masuk ke gedung yang berpengamanan sangat ketat. Disitu aku benar-benar kelihatan wong deso, urang kampung mulai dari pemeriksaan barang bawaan di pos penjagaan sampai mau masuk dengan kartu tanda pengunjung yang gimana... gitu aku jadi malu, benar-banar malu. Untungnya orang lain pada sibuk dengan mobilitasnya jadi aku sedikit merasa aman walaupun ya... wirang pisan.

Naik lift pun salah, untungnya bukan salah karena tidak bisa tapi salah tempat naik doank. Sesampai di lantai yang dimaksud, aku langsung masuk dan menemui satpam, terus disuruh menemui resepsionis. Ternyata yang tadinya mau datang jam dua siang malah sudah mengisi daftar tamu yang disediakan. Setelah selesai mengisis formulir aku pun langsung pamit untut sholat jum'at. Si resepsionis melarang, lalu aku kasih penjelasan nanti aku balik lagi.

Tau nggak ternyata, setelah sholat jum'at kayaknya aku dapat ilham. Dengan sedikit pikir-pikir dulu aku pun langsung naik bus way, tancap gas.....Jadi bohong nih hari ini.

Jadinya ane nggak jadi ilmuwan soalnya keburu kabur sebelum rasa ingin tahu ane terobati semuanya.

21 April 2008

Dengan Tanda Jasa

Jakarta, 18 November 2007

Berencana hanya untuk menemui seorang yang ingin anaknya di-les olehku ternyata pada obrolan itu menyentuh cukup jauh dan menjadi perbincangan hangat. Apa yang aku obrolkan? Ya, seputar pendidikan terutama masalah guru.

Kita semua tahu guru adalah orang lain yang paling berjasa dalam hidup kita. Ia membimbing kita tata cara menjalani hidup dimulai dengan membuka pola pikir kita, agar kita menjadi manusia yang “melek”. Dia membimbing agar kita mampu menyelesaikan persoalan hidup dengan sampel soal-soal latihan maupun ujian yang ia berikan. Ia selalu memerhatikan kita dengan mengabsen pada setiap pertemuan, dan seterusnya, dan seterusnya.

Di pandangan kita guru adalah teladan, panutan, tempat bermuaranya kebaikan karena ilmu yang ia berikan. Dan itu merupakan hal yang seyogyanya ada pada mereka. Begitu banyak dari mereka yang siang malang hanya memikirkan bagaimana anak didiknya bisa menjadi manusia seutuhnya.

Ketika di sekolah ada siswa yang nakal, ia bimbing agar menjadi baik. Ketika ada murid yang tidak mampu membayar uang sekolah maka sang guru tersebut melakukan berbagai upaya agar anak tersebut bisa tetap sekolah. Dengan membantu secara langsung, mengajukan ke pihak sekolah agar siswa tersebut dibebaskan dari biaya yang memberatkannya, atau dengan mengajukan ke pemerintah yang memiliki otoritas di bidangnya, dan sebagainya dan sebagainya. Asalkan anak didiknya dapat tetap bersekolah.

Sebegitu besarnya pengorbanan guru kadang tidak ada bekasnya di para murid yang pergi ditelan waktu. Mereka seolah tak pernah peduli akan jasa guru-guru yang mulia tersebut. Celakanya, masih ada saja yang mendurhakai para guru dengan tingkah polah mereka yang buruk di lingkungannya. Sungguh mengecewakan!

Seiring berjalannya waktu pergeseran dari kemuliaan kedudukan seorang guru pun akhirnya sedikit demi sedikit terkikis oleh para oknum guru yang secara mental tidak bermental seorang guru. Kasarnya, mereka tidak layak menjadi guru.

PAHLAWAN TANPA TANDA JASA kini mulai tersingkirkan dengan adanya oknum guru yang menjadikan sekolah sebagai ladang bisnis belaka. Dengan tidak memerhatikan fungsi utama seorang guru yaitu sebagai pendidik, teladan dan orang tua kedua, mereka berusaha mengeruk uang yang jumlahnya secuil bila dibandingkan kemuliaan pengabdian seorang guru yang tulus. Padahal mereka mendapat gaji (yang memang kecil) bila dibandingkan dengan jasanya, terutama mereka mendapat kemuliaan di mata Tuhan Yang Maha Melihat.

Lalu, ada yang menyengaja menjadi guru agar menjadi PNS, agar memiliki jam kerja yang relatif lebih sedikit dan seterusnya-dan seterusnya.

Fenomena tersebut tidaklah sepenuhnya salah, karena guru jua manusia yang memiliki keluarga, keinginan dan ambisi. Yang menjadi masalah adalah ketidak-berimbangan antara perannya sebagai guru dan ambisinya itu. Bolehlah ia menjadikan muridnya sebagai tambang emas (bila memang tidak ada cara lain), tetapi jangan sampai memberatkan. Karena tidak semua orang tua murid mampu untuk membayar uang sekolah apalagi tambahan-tambahannya.

Selanjutnya, tingkatkan kualitas mengajarnya. Agar para murid tidak merasa dibodohi dengan berbagai pengeluaran yang ternyata tidak dirasakan manfaatnya. Jangan sampai pada suatu saat murid yang kita ajar mungkin seorang menjadi seorang guru, kemudian mereka menerapkan hal-hal yang kurang baik, dan ternyata anak guru jualah yang menjadi korbannya. Hal ini tentu akan terus berputar bersama dengan roda kehidupan bila kita tidak segera mengantisipasinya.

Guru adalah orang yang selalu ada ketika kita merasa butuh seorang penyejuk, ketika orang tua kita kurang perhatian karena sibuknya, maka merekalah yang ada dan terus membimbing kita agar kita menjadi manusia seutuhnya. Semoga Allah senantiasa menjaga mereka. Amin.

10 April 2008

Nyobain jadi Ilmuwan

Waktu di MTsN Cililin yang tercinta aku belajar biologi tepatnya di kelas hidji kalau ga salah. Disitu tuh ada pelajaran tentang sifat-sikap ilmiah, salah satunya adalah rasa ingin tahu. And then....sekarang ane lagi ngerasain penasaran yang mendalam tapi sayangnya diiringi keraguan juga.

Tadi pagi ada yang nelepon dari sebuah PT di gedung BEJ katanya manggil ane buat interview. Terus ane nanya, "dari mana dapat data ane?" si penelepon bilang "dari internet". Oh ...gitu pikir ane.

Terus ane ngobrol beberapa menit untuk buat janji. Abis itu ane pulang, soalnya waktu ditelepon ane ada di rental komputer. Ane ga langsung pulang ke rorompok, tetapi mampir dulu ke warung internet buat nyari info tentang PT yang beralamatkan di BEJ itu.

Ternyata pas ane cari dengan bantuan mang google dengan kata kunci "gedung BEJ lantai 29" muncullah berbagai komentar di blog ataupun di situs-situs yang isinya negatif 99%. Setelah ane baca itu tadinya ane mau urung, tapi karena beberapa jam kemudian ada yang ngonfirmasi lagi dari pihajk yang sama akhirnya ane bilang aja akan ane coba. Tetapi sebelumnya ane bilang ke dia kalau ane bukan orang "berduit" jadi kagak bakalan bisa di jadiin investor.

Yah...sekarang sih ane cuma berdoa. Besok akan ane susul sambil maen aja sih. Soalnya ane khan belum tahu gedung BEJ. Mudah-mudahan aja ane ketemu jodoh di sana. Bukan cewek yang jelas, tapi gawean yang bisa bikin ane super hidup ....

09 April 2008

note book jerami

Akhir- akhir ini ane ehm ...baca buku yang judulnya "Senyum untuk calon penulis" karya Eka Budianta. Sebenarnya aku dah cukup lama memiliki buku itu tapi baru kali ini saja aku agak intens membacanya. Ternyata, setelah aku pikir-pikir isinya sangat berbobot walaupun kalau lagi nggak mood malas banget bacanya, soale teksnya itu lho... padet banget.

Aku jadi terinspirasi dengan apa yang ia katakan dalam bukunya itu walaupun aku tak bisa mengungkapkannya untukmu. Tapi yang jelas benar-benar inspiratif dan ....gimana yah?

Memang saat ini aku lagi nggak terlalu bernafsu untuk posting, ngeblog soalnya lag boke... ke... ke... ke..., tapi meski bagaimanapun aku tetap nulis di my notebook. Bukan laptop kecil tapi benar-benar notebook -buku tulis yang bikinnya dari jerami.

06 April 2008

Jangan dibaca, ga seru!

Sahabat, kalau kita saat ini sedang bete alias ga mood alias malas ngapa-ngapain, terus gimana ngadepinnya ya? Yang jelas sih semuanya perlu kejelasan. Kejelasan akan apa yang kita mesti hadapi dan selesaikan.

Ketika kita malas ngeblog, kayak seperti aku sekarang ini, tapi aku tetap berharap dalam kemalasan dan keenggananku ini aku masih punya setidaknya sedikit inspirasi untuk dituliskan, dipublikasikan, diposting, dan seterusnya deh yang membuat kepalaku tidak terlalu penat, dijejali dengan pikiran-pikiran kacau balau, semrawut, kagak jelas kemana arah tujuannya.

Seperti halnya kamu mungkin saat ini, tetapi rasanya tidak. Kau membaca postingan ini, sengaja atau tidak, senang atau tidak, yang jelas aku bingung mau bilang apa, mau nulis apa lagi ya?

Ketika ada satu kejadian di hadapan mata kita, maka secara otomatis pikiran kita pun akan lebih terkonsenterasi terhadap kejadian yang ada di hadapan kita tersebut. Apakah itu ketika ada kejadian yang heboh, atau pun kejadian yang biasa-biasa saja. Mudah-mudahan kau tak bingung membaca tulisanku ini. Karena aku nulis dalam keadaan tidak mood. Ah ... dari pada ngebahas mood-ga mood mendingan kita berpikir untuk kehidupan kita kedepan ataupun hanya untuk saat ini.

Apa rencana kita nanti, setelah kita berkeluarga, kalau sudah, bagaimana rencana kita terhadap kehidupan anak-anak kita yang nanti tentunya akan menerusnya perjuangan kita walaupun dalam jalur, jalan yang berbeda ataupun sama denga kita karena dia mengidolakan kita sebagai orang tuanya.