Halaman

13 August 2007

Bukan Ingin … Tapi Butuh


Sebagai manusia tentunya kita memiliki sifat-sifat yang menunjukkan kemanusiaan kita. Kita menyukai sesuatu yang indah ….. itu manusiawi. Kita menyukai makanan yang lezat menurut selera kita … itu manusiawi. Kita memiliki kecenderungan terhadap lawan jenis … itu pun manusiawi. Dan kita pun memiliki ambisi-ambisi serta keinginan ter-hadap kehidupan kita agar mendapatkan kebahagiaan.

Namun ada sebuah permasalahan yang semestinya kita angkat dan pada kesempatan kali ini pun aku ingin sedikit membahasnya. Karena siapa tahu saya, Anda, atau siapa pun yang mendapat informasi ini dapat turut larut dalam pemikiran untuk memperbaiki sedikit kelengahan kita dalam hidup. Insya Allah.

Adalah sebuah hal yang tidak aneh apabila pada suatu saat merasa ingin sekali me-lakukan sesuatu kegiatan, membeli atau memiliki suatu benda. Namun kita jarang sekali memikirkan esensi dari kegiatan atau benda tersebut.

Saya ambil contoh ketika kita tertarik untuk membeli sebuah handphone baru, sekaligus keluaran terbaru, tetapi sebenarnya kita sudah punya handphone yang dapat kita gunakan untuk kebutuhan. Kita tetap memaksakan untuk membeli padahal keadaan keuangan kita pas-pasan, itu pun harus ditambah dengan uang pinjaman.

Nah, hal seperti ini mungkin sudah tidak aneh lagi kita dengar atau bahkan kita alami. Namun, kita jarang memikirkannya. Padahal kalau kita pikir-pikir lagi masih banyak hal yang lebih penting. Kalau pun ada alasan, itu kan untuk hiburan, bagaimana bisa jadi hiburan kalau hal itu justru menambah beban pikiran.

Pernah saya mendengar seseorang bercerita bahwa orang yang ahli membuat handphone di negeri Asia Timur sana, dia hanya menggunakan model yang mungkin bisa disebut paling kuno. Padahal ia merupakan orang yang membuat model terbaru dari sebuah jenis handphone. Kemudian ia ditanya: “Pak, Anda kan bisa membuat handphone yang paling canggih tapi kenapa Anda kok menggunakan handphone seperti itu?”. Si Bapak itu menjawab, “Yang saya butuhkan dari alat ini hanya untuk berkomunikasi (telepon dan sms- pen) dan itu semua sudah ada di HP ini, jadi kenapa harus pakai yang baru?”

Terlepas dari benar atau tidaknya cerita ini, yang manjadi bahan pemikiran kita adalah apabila kita ingin melakukan sesuatu hal harus kita timbang. Apakah ini kebutuhan atau hanya keinginan yang hanya bersifat temporal.

Lain halnya apabila kita memiliki cost yang memadai dan kita butuh hiburan. Itu bisa saja dilakukan.

Jangan sampai kita diperbudak oleh keinginan-keinginan yang membuat kita tambah tidak produktif. Marilah kita lihat semuanya dari sudut pandang terbaik agar kita mampu menikmati hidup yang dikaruniakan-Nya kepada kita.

Ini hanya sekadar pemikiran dari orang yang belajar berpikir. Mungkin Anda punya cerita yang lebih menarik?

No comments: