26 May 2007
Stress? No Way!
MENITI HARI DENGAN ILMU

Meniti Hari dengan Ilmu
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar
Saudaraku, hampir dipastikan tidak ada seorang pun yang mengharapkan dirinya terbelakang. Baik ilmu, keahlian, maupun penampilan. Seiring dengan itu sarana pun turut memenuhinya. Kini, bermunculan buku-buku terbitan baru, menjamurnya tempat kursus dan pelatihan-pelatihan, juga semaraknya model pakaian, tas, sepatu baru. Namun sayang, tidak banyak yang menyadari akan pentingnya hal tersebut.Itu bisa terjadi karena kesadaran yang kurang akan pentingnya ilmu sehingga lebih tertarik pada penampilan raga. Maka tak sedikit yang menganggarkan membeli sepatu baru daripada buku. Ada empat hal yang harus dilalui agar ilmu menjadi landasan dalam meniti hari. Pertama, menelisik diri. Kenapa harus banyak membaca, kenapa harus ikut pelatihan-pelatihan? Jika bukan untuk menjadikan diri lebih baik, apa lagi yang akan diperoleh. Dan, jika tidak melakukan hal tersebut apa yang akan didapat. Dari sana kita akan memperoleh kesadaran.
Kedua, menindaktanjuti sikap sadar pada aplikasi. Dengan menyadari bahwa ilmu yang akan menjadikan kita kaya, tidak terbetakang, bisa bertahan dengan serta merta kita akan mencarinya. Ketiga, meyakini bahwa ilmu itu harus 'dibeli'. Maka selagi ada uang, jangan pelit mengeluarkannya. Tung Desem Waringin, seorang pengusaha No 1 di Indonesia, harus mengeluarkan milyaran rupiah untuk pelatihan dalam hitungan hari. Diyakininya untuk mendapatkan ilmu yang baik, maka dapatkan dari orang yang baik pula. Walaupun harus mengetuarkan uang banyak, dan jauh tempat yang dituju tak menjadikannya rugi. Karena itu nilai tambah untuk kariernya. Namun jangan serta merta kita menganggap ilmu hanya bisa dibeli oleh orang yang berduit saja sehingga kita, yang diberi rezeki pas-pasan tidak berhak. Banyak peluang yang bisa kita lakukan tanpa uang. Tapi jangan disalahkan jika hasiInya juga pas-pasan.
Keempat, ilmu yang diperoleh sertai dengan berlatih. Sangat disayangkan jika seabrek buku habis dibaca, hadir di semi nar-seminar, dan berbagai pelatihan digeluti jika tidak ditindaktanjuti dengan latihan.
Dengan demikian, saudaraku, ilmu menjadi keniscayaan. Awali dengan proses penyadaran akan pentingnya ilmu, tindak lanjuti dengan belajar dan berlatih, dan jangan pelit untuk menganggarkan dana. Dengan berbuat lebih, maka kita pun akan mendapatkan yang lebih. Wallahua'am.
![]()
Informasi Iklan Hubungi :
PT.MQ Multimedia
Telp.022-2012004
Cp.Yoyon/Adi/TaryanEmail : iklan{at}mq{dot}co{dot}id
20 May 2007
Bahagia, Siapa yang tak mau?
Orang yang bekerja dan menghasilkan uang ia akan dapat memenuhi kebutuhannya, dan apabila kebutuhan-kebutuhannya telah terpenuhi maka ia akan merasa bahagia. Orang yang belajar dan memperoleh ilmu maka ia akan dapat mengatasi masalah-masalahnya. Apabila ia dapat mengatasi permasalahannya, maka ia akan merasa bahagia.
Kebahagiaan tentunya tidak dapat diukur dengan materi yang kita peroleh belaka. Kebahagiaan akan lebih berarti apabila kita dapat membahagiakan orang lain. Itulah kebahagian sejati yang semestinya ada pada benak kita semua.
Kita akan merasa bahagian manakala disekitar kita, tetangga, saudara dan siapa pun tidak ada yang kekurangan, dalam artian kekurang benar-benar kekurangan. Karena, tidak sedikit orang yang merasa kekurangan tetapi bukan kekurangan yang sebenarnya, tetapi kekurangan karena hawa nafsunya tidak terpenuhi.